Articles by "Wisata & budaya"


Kehadiran Dra. Hj. Umi Kulsum pada acara sedekah bumi (gasdeso) di desa Padaan Kecamatan Japah disambut antusias warga, ratusan masyarakat tampak tumpah ruah memadati jalan desa Padaan, (09/10).

Kemeriahan makin bertambah saat istri dari Bupati Blora Djoko Nugroho tersebut  disambut warga Padaan dengan kesenian tradisional barongan dan reog dan mendapat kesempatan untuk naik dadap merak untuk selanjutnya diarak menuju Sendang Sentono mengikuti acara bancakan bersama warga.

Hj. Umi Kulsum dalam kesempatan itu menyampaikan rasa syukurnya dapat hadir pada tasyakuran sedekah bumi Desa Padaan.

“Semoga semakin tambah rasa syukur kita, semakin tambah nikmat yang akan diberikan, baik yang usaha di pertanian, perdagangan atau usaha yang lain diberikan segala kemudahan- kemudahan oleh Allah SWT dan terpenting kita selalu diberi kesehatan dan keselamatan oleh Nya,” ujar wanita yang juga bakal calon Bupati tersebut.

Menurutnya tradisi sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Allah SWT karena telah diberikan kenikmatan yang melimpah dan dihindarkan dari segala mara bahaya.

“Selain meriah, saya senang mendapat kesempatan menyaksikan seni barongan dan reog disini. Saya mengagumi atraksi yang disuguhkan oleh Grup Seni Barongan Tunas Muda Padaan, sangat menarik dan atraktif” ucapnya.

Bu Kokok dan Bu Lurah Padaan bahkan didaulat untuk naik di atas kepala Reog. “Sebenarnya ya deg-degan juga.. tapi saya senang dan menikmati pertunjukan” ucapnya.

Bu Kokok menambahkan ia adalah penggemar seni barongan Blora. “Seni barongan adalah seni yang merakyat dan disenangi masyarakat Blora dari semua kalangan” tambahnya.

Cucuk Lampah : Saat menikahkan putranya sebagai cucuk lampahnya bujang genong.

Bukti kecintaan Bu Kokok pada seni barongan dibuktikan pada saat menikahkan putranya, bahkan cucuk lampah perhelatan itu adalah Bujang Ganong salah atu tokoh populer dalam Seni Barongan.

Selain itu menurut Bu Koko,  Seni Barongan juga menjadi simbol beberapa sifat masyarakat Blora, seperti nilai spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kerja keras, kekompakan, dan nilai keberanian yang dilandasi kebenaran maupun kejujuran.

Lebih lanjut, dijelaskan olehnya bahwa sejak 1 Juli yang lalu Bupati Blora telah memberikan ijin kepada para seniman untuk kembali pentas, namun pentas skala kecil. Syaratnya semua harus bersedia melaksanakan protokol kesehatan.

“Di tengah wabah covid-19, maka kegiatan ekonomi harus tetap berjalan, termasuk pentas seni budaya. Kesenian tradisional, orgen tunggal, boleh skalanya terbatas, apalagi saat ini sedang musimnya sedekah bumi, ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Padaan, Sri Mulyono menerangkan, bahwa tradisi gasdeso ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta. Di mana telah memberikan kesuburan tanah, rizki dan kesehatan kepada seluruh warga.

“Tradisi ini juga mencerminkan kerukunan dan gotong royong yang kuat di pedesaan,” pungkasnya. (hry)

BLORA. Festival Buah Jawa Tengah 2020 yang dilaksanakan di Alun-alun Bung Karno Ungaran pada hari Sabtu-Minggu (7-8/3/2020) kemarin berlangsung meriah, tak terkecuali stan pameran buah dari Kabupaten Blora.

Kabupaten Blora yang diwakili Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan ikut memamerkan beberapa komoditas hortikultura, buah unggulan dan buah langka, seperti alkesa, kelengkeng kateki, jambu kristal, pepaya, durian, buah naga, alpukat, bawang merah, cabai, jeruk, kacang mete, dll.

Acara dibuka langsung oleh Gubernur Ganjar Pranowo didampingi Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman; serta Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Suryo Banendro.

Saat berkeliling pameran, Gubernur dan rombongan menyempatkan diri mampir ke stan pameran buah Kabupaten Blora. Disini, orang nomor satu di Jawa Tengah ini tertarik dengan buah alkesa (sawo belanda) yang dipamerkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Blora.

Bahkan Ganjar Pranowo mencicipi jus alkesa yang sudah disediakan untuk dinikmati secara gratis oleh pengunjung. Pihaknya terkesan dengan rasanya yang unik dan nyentrik.

“Saya saat kecil dulu makan ini, tapi sekarang sudah sulit didapat. Alkesa atau sawo belanda ini menarik, rasanya seperti ada ketela munthul, ada pisangnya. Atau mungkin ini perselingkungan antara pisang, papaya, ketela munthul, ada seret-seretnya,” ucap Ganjar Pranowo.

Menurutnya alkesa ini masuk dalam kategori buah yang mulai langka di Jawa Tengah. Pihaknya ingin agar terus dikembangkan mengingat alkesa sendiri mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab.Blora, Ir. Reni Miharti, M.Agr.Bus menyambut senang kedatangan Gubernur Ganjar Pranowo di stan Kabupaten Blora. Dirinya mendampingi dan menjelaskan berbagai komoditas hortikultura yang dibawa ke Festival Buah Jawa Tengah.

“Alhamdulillah buah-buah yang kita bawa dari Blora banyak diminati pengunjung. Hingga hari kedua, Minggu kemarin, masih banyak pengunjung yang datang dan penasaran dengan alkesa yang betakarotennya tinggi bagus untuk kesehatan, serta membeli buah lainnya,” terang Reni Miharti.

Hal ini menandakan bahwa buah-buahan Blora tidak kalah bersaing dengan buah-buahan dari Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Tengah.

“Dalam Festival Buah Jawa Tengah 2020 kemarin, Kabupaten Blora juga berhasil meraih juara satu dalam lomba mengukir dan merangkai buah, yakni mengukir pepaya dan melon,” pungkasnya.

Khusus untuk buah alkesa atau sawo belanda, di Kabupaten Blora tumbuh subur di Desa Tempuran, Kecamatan Blora Kota. Tlp/Moe

BLORA. Kabupaten Blora kini punya kebun buah anggur. Bertempat di Kelurahan Kunden, Kecamatan Blora Kota, kebun anggur rintisan Mas Agus Jumantoro (seorang praktisi pertanian hortikultura) bersama Pak Setiyono (pemilik lahan) diresmikan pada hari Minggu (8/3/2020).

Peresmian dilakukan secara simbolis dengan pengguntingan pita oleh Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si bersama komunitas/kluster hortikultura Kabupaten Blora, dilanjutkan kunjungan keliling kebun.

Turut hadir Kabid Pariwisata Dinporabudpar, perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Sekcam Blora, Lurah Kunden dan masyarakat sekitar.

Agus Jumantoro selaku pengelola menyampaikan bahwa kebun anggur yang berada di sebelah selatan Perumda Kelurahan Kunden ini dinamakan Wisata Edukasi Kebun Anggur Blora (Wekab) “Sumber Makmur”.

“Mengapa wisata edukasi? Karena kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya para pemuda agar gemar menggeluti bidang pertanian. Kami prihatin karena kebanyakan pemuda lebih senang berdagang ketimbang bertani. Padahal mayoritas ekonomi negara kita disumbang dari pertanian,” ucap Agus Jumantoro.

Disini, menurutnya pengunjung bisa belajar menanam anggur yang benar. Begitu juga cara perawatan dan pengembangbiakannya. Ada juga kedai tempat untuk nongkrong santai sekedar ngopi atau makan.

“Kami memilih anggur, karena anggur ini sangat cocok dengan kondisi Blora. Memang banyak orang tahunya anggur tumbuh di daerah dataran tinggi bersuhu dingin dan bersalju. Namun di dataran rendah dengan iklim tropis atau panas seperti di Blora ini, produktifitasnya lebih tinggi,” lanjut Agus Jumantoro.

Dia lantas mengatakan bahwa menurut studi yang ia pelajari, pada lahan satu hektar di dataran tinggi bersuhu dingin akan menghasilkan anggur kurang lebih 15 ton. Sedangkan untuk satu hektar lahan di dataran rendah yang bersuhu panas bisa menghasilkan anggur hingga 20 ton.

“Disini memang baru dirintis. Sudah ada 250 pohon anggur yang mulai berbuah pada usia 3,5 bulan. Sudah ada yang berbuah namun belum bisa dipanen. Panennya 6 bulan lagi. Namun saat peresmian ini kami sediakan sample pohon yang sudah siap dipetik,” tambah Agus.

Dari 250 pohon yang ditanam, ada 13 varietas yang berasal daratan Eropa dan Rusia. Diantaranya varietas anggur akademik, anggur jupiter, anggur transfigurasi, anggur dubovsky pink, anggur ninel, anggur favor, dan masih banyak lagi.

Sementara itu, Wakil Bupati Blora, H. Arief Rohman M.Si dalam sambutannya, mengapresiasi kerja keras Agus Jumantoro bersama Pak Setiyono dan tim yang telah gigih mendirikan dan membuka kebun buah anggur untuk pertama kalinya di Blora.

“Inspirasinya dari Mas Agus dan Pak Setiyono, ternyata di Blora ini bisa tumbuh anggur dengan baik. Ini yang amazing, yang mengagetkan kita. Ini konsepnya wisata edukasi. Bagus, kami mewakili Bapak Bupati dan Pemkab Blora mengapresiasi. Semoga bisa menginspirasi desa-desa lain,” kata Wakil Bupati.

Dengan adanya kebun anggur ini, menurut Wakil Bupati semakin menambah ragam produk hortikultura yang ada di Kabupaten Blora. Pihaknya siap untuk mengawal.

“Kami inginnya Blora bisa menjadi pusatnya Buah Lokal Nusantara yang disingkat Blora. Apalagi tanah Blora ini cocok untuk buah-buahan. Setiap ada tamu dari luar saya ajak ke kebun, merasakan langsung buah asli tanah Blora. Ternyata mereka terkesan dan bilang enak. Sehingga ini memotivasi kami untuk terus mengembangkan potensi buah,” tambah Wakil Bupati.

Wakil Bupati juga akan mengajak OPD terkait untuk mencoba mengoptimalkan potensi ini. Mengingat banyak lahan kosong milik Perhutani yang belum dimaksimalkan, utamanya di sekitar desa hutan.

“Jika lahan ini bisa kita kerjasamakan untuk pengembangan potensi buah, maka masyarakat desa hutan akan bisa ikut mengelola dan menikmatinya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, produk hortikultura Kabupaten Blora sudah cukup banyak dikenal diantaranya Sawo Bangowan, Jeruk Tanggel, Durian dari Tunjungan, Japah dan Todanan, Jambu Kristal, Pepaya Kalina, Kelengkeng Kateki, Melon, Semangka, dll. Tlp/Moe

Seni Barong: Pertunjukan Tari Kuda dalam Seni barong yang dikemas di festival Barongan Blora 2019 
Orang Blora tidak akan asing ketika mendengar kata Barongan, Setiap ada petunjukan seni Barong dimanapun selalu menyedot banyak penonton dari berbagai kalangan. Sni Barong kali ini dikemas dalam Festival Barongan Blora 2019 dalam acara tersebut salah satunya adalah parade barongan yang start dari Alun-alun Blora sampai dengan didepan Gereja Betani Blora, namun sebelumnya Peserta rombongan Barongan harus menghibur kurang dari 3 menit di depan panggung tamu kehormatan berupa atraksi-atraksi. Diatas panggung kehormaan terlihat Wakil Bupati Blora, jajaran Forkopimda, Sekda, dan Kepala OPD terkait.

BLORA, Transblora.co -  Mendengar kata Blora, pasti akan teringat Barongan, kesenian yang telah mendarah daging di Kabupaten paling ujung Jawa Tengah ini. Ya, untuk meneguhkan diri sebagai Kota Barongan, Pemkab Blora melalui Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) kembali menggelar event Festival Barongan.

Tahun ini, Festival Barongan Blora 2019 dilaksanakan sehari semalam, pada hari Sabtu (9/11/2019) sejak pagi hingga malam hari. Mulai dari pameran barongan, parade (arak-arakan) barongan, hingga pagelaran barongan.

Sejak pagi, ribuan masyarakat dari berbagai kalangan (anak-anak, pemuda, orang tua), semuanya memadati jalan utama Kota Blora yang menjadi rute parade untuk menyaksikan berlangsungnya festival. Mulai dari kawasan Alun-alun Kota Blora, sepanjang Jalan Pemuda, hingga Tugu Pancasila, dan berakhir di Jalan Ahmad Yani (depan Graha Bethany).

Sambil menunggu parade dimulai, masyarakat bisa menyaksikan pameran barongan di Alun-alun. Yakni pameran yang menampilkan beragam topeng barongan Blora jaman dahulu, dan perkembangannya hingga sekarang. Topeng barongan yang pada awal tahun 90’an kerap dipakai adu gaprak.

Setelah parade mulai berjalan, satu persatu grup atau paguyuban seni barongan dari berbagai wilayah se Kabupaten Blora melakukan pertunjukan di sepanjang rute yang telah ditetapkan. Adapun panggung kehormatan didirikan di depan Klenteng TITD Hok Tik Bio Blora. Tampak hadir Wakil Bupati H. Arief Rohman, M.Si, jajaran Forkopimda, Sekda, dan Kepala OPD terkait.

Kepala Dinporabudpar, Slamet Pamudji SH, M.Hum dalam laporannya menyampaikan bahwa parade barongan kali ini diikuti oleh 31 tim atau paguyuban seni barongan dari seluruh wilayah Kabupaten Blora.

“Hingga hari H pelaksanaan, ada 31 paguyuban yang mendaftar sebagai peserta. Mereka tampil selama 3 menit di depan panggung kehormatan. Selain itu di sepanjang rute juga melakukan atraksi untuk menghibur masyarakat,” ucap Slamet Pamudji.

Menurutnya, digelarnya festival barongan ini sebagai wujud dukungan pemerintah dalam upaya pelestarian kesenian daerah, dan untuk meningkatkan rasa cinta kepada seni budaya lokal yang telah menjadi tradisi.

“Yang tidak kalah penting, festival ini untuk menarik jumlah kunjungan wisata budaya di Kabupaten Blora, serta sebagai wadah silahturahmi para seniman barongan. Kita berharap adanya festival ini juga bisa menumbuhkan industri ekonomi kreatif,” lanjutnya.

Usai tampil di depan panggung kehormatan, masing-masing paguyuban melanjutkan pertunjukkan dengan berjalan menuju finish di depan Graha Bethany. Cuaca yang cerah dan relatif panas pun tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk menonton festival. Bahkan banyak penonton rela membawa payung dari rumah sambil menggendong anaknya.

“Sudah lama ingin nonton festival barongan, biasanya hanya di desa saja saat Agustusan. Kalau ini kan tingkat Kabupaten, pastinya lebih ramai mas. Disamping itu juga lebih banyak pesertanya, inilah kesenian Blora yang harus terus dilestarikan,” ucap Purwanti, salah satu penonton dari Kecamatan Kedungtuban.

Sementara itu, pimpinan paguyuban Seni Barongan Blora “Kumara Krida Mustika”, Indra Bagus Kurniawan, dari Dukuh Triteh, Desa Tambahrejo, Kecamatan Tunjungan mengaku senang bisa ikut memeriahkan Festival Barongan Blora 2019 bersama teman-temannya.

“Beberapa hari lalu mulai latihan lagi untuk mematangkan garapan musik (gamelan), dan kemarin hingga semalam menata alat di gerobak untuk dibawa ke Blora. Kalau untuk kemajuan Barongan Blora, kami tidak memikirkan untung rugi. Ini festivalnya kita semua untuk mengangkat nama baik Blora, jadi ya harus all out. Beda lagi kalau tanggapan,” terang Indra, sambil senyum.

Wakil Bupati H. Arief Rohman, M.Si yang berkesempatan turun dari panggung untuk foto bersama dengan para seniman, mengaku senang dengan perkembangan seni budaya khas Blora ini.
“Mewakili Bapak Bupati, kami sampaikan salam hormat kepada seluruh seniman yang terlibat. Semangatnya luar biasa untuk melestarikan kesenian Barongan Blora agar kedepan bisa lebih maju. Dengan Festival Barongan ini, kami berharap identitas Blora Kota Barongan semakin kuat. Festival seperti ini akan kita teruskan sebagai agenda tahunan, yang mana tahun ini sudah menginjak tahun kelima,” terang Wakil Bupati.

Menurut Wakil Bupati, adanya festival seni budaya seperti ini juga bisa untuk mendukung industri pariwisata di Kabupaten Blora.

“Tadi saat saya berjalan menuju panggung kehoramatan dari rumah dinas, bisa dilihat di sepanjang rute, ekonomi masyarakat berputar, jasa parkir banyak, pedagang kaki lima laris manis, sektor kuliner menggeliat, bahkan tempat penginapan juga bisa meningkat huniannya jika dikemas lebih baik lagi selama beberapa hari. Ini potensi yang harus terus digarap dengan baik,” lanjut Wakil Bupati.

Pihaknya ingin seluruh potensi seni budaya yang ada di Kabupaten Blora bisa dikemas menjadi daya tarik wisata melalui beragam bentuk festival.

Setelah parade usai pukul 13.00 WIB, malam harinya 19.00 WIB dilanjutkan dengan pentas pagelaran barongan. Bertempat di panggung terbuka Stadium Seni Budaya Taman Tirtonadi, acara dimerihkan dengan penampilan grup kesenian Topeng Ireng dari Boyolali, grup kesenian Barongan Samin Edan dari Unnes Semarang, dan ditutup dengan penampilan grup kesenian Barongan Risang Guntur Seto dari Kelurahan Kunden, Blora.

Acara berlangsung meriah hingga tengah malam, begitu pun animo masyarakat yang tidak terbendung membuat arena pertunjukkan penuh sesak.

Untuk diketahui, seni barongan bagi masyarakat Blora merupakan seni pertunjukan tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Menurutu cerita lisan masyarakat Blora, Barongan sendiri merupakan sosok jelmaan Gembong Amijoyo, harimau penjaga alas jati wengker (hutan jati) yang di dalamnya menyimpan banyak kekayaan alam.

Kesenian barongan, dahulu hanya dipakai untuk kepentingan acara adat seperti tradisi ruwatan, tolak bala, sedekah bumi, dan lamporan. Namun kini sudah berkembang menjadi seni pertunjukan rakyat yang kerap dimainkan dalam berbagai acara hajatan, pentas kemerdekaan hingga event seni budaya.

Di Kabupaten Blora sendiri, masing-masing desa memiliki grup kesenian barongan yang jumlahnya lebih dari 300 grup (paguyuban). Rls/Hsb/Moe

BLORA. Setelah beberapa bulan terakhir direvitalisasi, komplek Pusat Kuliner Blora “KOPLAKAN” yang berada di Jl. MR Iskandar (Selatan Alun-alun Kota Blora) akhirnya diresmikan pada Senin malam (30/9/2019). Peresmian dilakukan oleh Bupati Djoko Nugroho dengan dihadiri jajaran Forkopimda masing-masing beserta istri, dan para Kepala OPD.

Secara simbolis, peresmian dilakukan dengan pemotongan pita, pemotongan tumpeng, dan dimeriahkan dengan pentas wayang kulit lakon Anoman Kridha oleh Ki Nuryanto, kolaborasi dengan pentas wayang orang dan bintang tamu dagelan Budi Jolang.

Sejak pukul 19:30 WIB masyarakat mulai berbondong-bondong memenuhi halaman Koplakan dan badan jalan Jl. MR Iskandar yang ditutup sementara untuk pementasan hiburan tradisional. Dengan duduk lesehan di atas gelaran karpet, mereka semakin gayeng menyaksikan hiburan ditemani jajanan tradisional yang disediakan secara gratis.

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Blora, Sarmidi, SP, MM dalam laporannya menyampaikan bahwa peresmian Pusat Kuliner Blora “Koplakan” dengan pementasan kesenian wayang ini merupakan wujud syukur atas selesainya proses revitalisasi kawasan kuliner khas Blora.

“Setelah direvitalisasi, saat ini Koplakan bisa menampung pedagang kuliner lebih banyak. Setidaknya ada 38 pedagang yang akan menempati selter kuliner ini. Bukan pedagang baru, melainkan para pedagang lama seperti penjual sate ayam Blora, sate jagal, sate kambing, lontong tahu, soto klethuk, rawon dan lainnya,” ucap Sarmidi.

Sebanyak 38 pedagang kuliner itu nantinya akan dibagi dalam dua kali waktu jualan, yakni shif pagi hingga sore, dan shif sore hingga tengah malam.

Bupati Djoko Nugroho dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini pedagang kuliner Koplakan bisa berjualan lebih nyaman karena menempati bangunan baru yang lebih luas, nyaman dan tertata.

“Selamat kembali untuk menempati Koplakan. Saya berpesan agar selalu menjaga kebersihan, dan yang paling penting jaga kualitas rasa, serta jangan ngemplang harga kepada konsumen. Semoga potensi kuliner Blora bisa semakin berkembang, aamiin,” kata Bupati.

Kepada seluruh pedagang, Bupati menyampaikan bahwa dalam satu bulan kedepan tidak akan ditarik retribusi. Digratiskan selama satu bulan, mulai membayar retribusi pada bulan November mendatang.

Untuk diketahui, bulan lalu seluruh pedagang telah dikumpulkan di Pendopo Rumah Dinas Bupati guna membahas pembagian kios atau loss kuliner. Sehingga paska peresmian, pedagang langsung bisa membuka usaha kulinernya. rls/moe

BLORA, Transblora.co - Sudah sejak pagi kampung samin dukuh Blimbing Sambong berdatangan para pengikut sikep. Mereka akan menghadiri temu ageng sedulur sikep yang diadakan dalam rangka acara indonesiana festival cerita dari Blora. Pertemuan ini adalah pertama kalinya setelah 100 tahun Samin Surosentiko menyebarkan ajarannya. Temu ageng ini diharidi oleh para sedulur sikep dari Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Kudus, kabupaten Pati dan Blora sebagai tempat pertemuan. 

Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Sri Hartini yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan bahwa Temu Ageng ini menjadi tonggak sejarah. Selama 100 tahun lebih belum ada pertemuan seperti ini. 

"Kalaupun ada pertemuan, itupun hanya diikuti kelompok-kelompok kecil Sedulur Sikep Samin,’’ ujar Sesditjen Kebudayaan Kemendikbud Sri Hartini saat menyampaikan sambutan Temu Ageng Sedulur Sikep, Minggu (22/09/2019).

100 tahun lebih tersebut dihitung setelah Samin Surosentiko ditangkap Belanda 18 Desember 1907 kemudian diasingkan dan di Sumatera Barat dan meninggal pada tahun 1914. Menurutnya Temu Ageng di Blora digelar dalam rangka mempererat silaturahmi, mencocokan kembali ajaran Samin dalam laku kehidupan bagi keturunan dan pengikut ajaran yang disebarkan Samin Surosentiko yang tersebar di berbagai kabupaten. Sebab, selama 100 tahun lebih tidak pernah digelar pertemuan, bahkan faktanya tidak saling kenal sesama sedulur. Event yang kali pertama dihelat itu merupakan rangkaian Platform Indonesiana Cerita dari Blora 2019.

"Nilai-nilai ajaran Samin turun temurun dari generasi ke generasi dan masih tetap dipegang teguh hingga kini. Dalam ajaran Samin, apa yang diucapkan dengan yang dilakukan adalah sama. Kami ingin ini menjadi contoh warga lainnya,’’ tutur Sri Hartini menandaskan

Sejumlah tokoh Sedulur Sikep Samin yang mengikuti Temu Ageng di antaranya tuan rumah Pramugi, Lasio dan Poso (Klopoduwur-Blora), Gunretno (Pati), Gunarti (Pati), Budi Santoso (Kudus), Bambang Sutrisno (Bojonegoro).

Ratusan warga Sedulur Sikep dari empat kabupaten hadir pula dalam pertemuan tersebut. Tak hanya orang tua, pemuda, remaja dan anak-anak putra dan putri juga mengikuti pertemuan dengan mengenakan pakaian hitam.

Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman dalam sambutannya menyampaikan “semuanya hadir ngraketke seduluran (semua yang datang untuk mempererat persaudaraan-red) dalam acara Temu Ageng Sedulur Sikep yang dipimpin sesepuh Kampung Samin Blimbing, Mbah Pramugi, ada Mbah Lasiyo, Mas Gunretno dari Pati, rombongan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan masih banyak lainnya. Ada seratusan orang” ungkapnya.

Di kesempatan itu, Wabup menyerahkan sertifikat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI yang menetapkan Sedulur Sikep Samin Blora sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Sertifikat diserahkan kepada Pramugi.

Para tokoh dan warga Sedulur Sikep Samin menyampaikan pemikiran dan pendapatnya masing-masing di sesi yang telah disediakan. Pemikiran dan pendapat tentang berbagai hal tentang Samin itu kemudian direkam. 

‘’Nantinya akan ada output dari Temu Ageng ini. Entah itu berupa video, buku ataupun lainnya dari pemikiran dan pendapat yang disampaikan itu. Sehingga generasi penerus dan masyarakat lainnya tahu hal-hal yang terkait Sedulur Sikep Samin dari orang-orang Samin sendiri. Output dibuat Sedulur Sikep Samin,’’ kata Amrih Widodo dari Australia National University. moe


BLORA, Transblora.co - Direktur Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan KementerianPendidikan dan Kebudayaan) (Kemendikbud), Dra. Triana Wulandari, M.Si membuka secara resmi platform Indonesiana Cerita Dari Blora (CDB) 2019 di stadium seni budaya Tirtonadi, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2019).


Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata (Dinporabudpar), 
Slamet Pamuji, SH, M.Hum
Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong disaksikan oleh Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, M.Si, Sekda Blora Komang Gede Irawadi, SE, M.Si, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Slamet Pamuji, SH, M.Hum, pimpinan DPRD Blora, tokoh Samin dan unsur Forkopimda lainnya.

“Dari Indonesiana ini, kabupaten Blora sudah membuktikan luar biasa. Pak Dirjen ingin menciptakan satu ekosistem kebudayaan, tata kelola yang baik dan yang paling penting adalah ada kegotongroyongan dan menciptakan ruang budaya inklusif,” kata Direktur Sejarah Dra. Triana Wulandari, M.Si.

Ini lahir, lanjutnya, betul-betul dari komunitas, dari rakyat Blora yang didukung oleh pemerintah Kabupaten dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

“Alhamdulillah, dapat mensukseskan acara ini, terimakasih kepada Bupati, Wakil Bupati dan seluruh jajarannya,” ucapnya.

Platform Indonesiana, menurut Triana Wulandari, sekarang ini, apabila kita lihat, di beberapa wilayah titik di Indonesia, baik kabupaten, kota maupun provinsi telah menggeliat.

“Bagaimana kita melihat, akan harta karun, yang dipunyai masing-masing kabupaten ataupun kota, yang harus di uri-uri (dilestarikan), yang harus dikelola, denga sebaik-baiknya dan dapat menjadikan satu aliran darah atau DNA, kata Pak Dirjen,” ujarnya.

Yang nantinya, apabila Dirjen Kebudayaan pusat sudah tidak lagi bersama tetap hidup dan terus berkelanjutan.

“Ini yang sebenarnya menjadi cita-cita besar dari platform Indonesiana, dan saya yakin bahwa Blora sudah dua kali melaksanakan Indonesiana,” katanya.

Pada tahun lalu, lanjutya, kita menyentuh Cerita dari Blora, dimana tahun lalu kita mengekspose tentang betapa besarnya, atau betapa hebatnya sastrawan yang lahir di Blora, menghasilkan karya-karya luar biasa yang bahkan mendunia.

“Blora dikenal, tidak hanya oleh masyarakat Indonesia maupun luar karena karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Dan selalu terus dicari. Ini bisa menjadi salah satu destinasi. Kabupaten Blora banyak potensi budayanya,” jelasnya.

Ada seni barongan, sedulur sikep samin, yang hari ini atau ini menjadi tema besar yang banyak nilai-nilai yang mungkin sangat konsisten untuk masa sekarang.

Salah satunya adalah nilai-nilai Sedulur Sikep Samin yang ada di Blora maupun di tempat lain. Bagaimana bersahabat dengan alam.

“Ketika bencana alam datang, kita mungkin perlu belajar dari Sedulur Sikep Samin, betapa mereka bersahabat, betapa mereka menjaga lingkungannya dengan luar biasa. Dan saya kira, kita pantas untuk berguru dengan nilai-nilai yang hidup dalam kearifan-kearifan lokal pada masyarakat Samin,” terangnya.

Yang berikutnya, Blora dikenal dengan hutan jati, minyak, berbagai megalitiknya, yang mungkin belum digali.

“Bahwa itu bisa sebagai pusat destinasi yang sangat luar biasa. Saya kira, nanti kalau kerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) semua situs-situs yang belum terinventaris, di dalam hutan ataupun sungai banyak sekali tinggalan megalitik yang belum di inventarisir,” ungkapnya.

Dirinya berharap agar kabupaten Blora menjadi kota budaya seperti yang dicita-citakan. Belum kulinernya, ada kopi santan kepala, ada garang asem, soto klethuk dan kesenian wayang krucil.

“Dan kemarin sejak 4 September 2019, Indonesiana sudah berlangsung, ada workshop tentang penulisan cerpen sejarah, yang tadi juaranya sudah diberikan apresiasi luar biasa. Selamat untuk adik-adik,” ungkapnya.

Karena, kata dia, di sini DNA bersastra sebetulnya, sehingga pantas kalau seluruh masyarakat di sini fasih bersastra.

“Dan pagi tadi mendapat informasi adanya workshop sosiodrama, luar biasa. Jangan kaget kalau lima tahun kedepan, kabupaten Blora bisa mengalahkan kabupaten lain, yang sudah maju kebudayaannya, ” terangnya.

Diharapkan, di bawah asuhan Bupati dan Wakil Bupati Blora, komunitas yang ada terus hidup.

“Karena di sinilah denyut nadi, nafas kebudayaan, apabila pemerintah daerah bergandeng tangan, bersinegi dengan komunitas dan rakyat yang memiliki kebudayaan,” jelasnya. 

Pada kesempatan tersebut Direktur Sejarah menyerahkan Surat Keputusan (SK) Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada Pemkab Blora tentang Samin.

Sebelum seremonial pembukaan dimulai, aneka seni pertunjukan ditampilkan seperti wayang kulit yang dikolaborasikan dengan seni barongan dan pencak silat (konto) khas Blora.

Usai seremonial dihelat seni pertunjukan wong peniten dari ISI Surakarta berkolaborasi dengan seniman dan LKP Merpati serta seniman Blora.

Sebagai acara paling pungkas joget tayuban tampil mengundang perhatian komunitas budaya. Cerita dari Blora tahun 2019 mengambil tema merajut kearifan Sedulur Sikep. rls/moe

Trans Blora.Co, BLORA - Direktur Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan KementerianPendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dra. Triana Wulandari, M.Si membuka secara resmi platform Indonesiana Cerita Dari Blora (CDB) 2019 di stadium seni budaya Tirtonadi, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2019).
Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong disaksikan oleh Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, M.Si, Sekda Blora Komang Gede Irawadi, SE, M.Si, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Slamet Pamuji, SH, M.Hum, pimpinan DPRD Blora, tokoh Samin dan unsur Forkopimda lainnya.
“Dari Indonesiana ini, kabupaten Blora sudah membuktikan luar biasa. Pak Dirjen ingin menciptakan satu ekosistem kebudayaan, tata kelola yang baik dan yang paling penting adalah ada kegotongroyongan dan menciptakan ruang budaya inklusif,” kata Direktur Sejarah Dra. Triana Wulandari, M.Si.
Ini lahir, lanjutnya, betul-betul dari komunitas, dari rakyat Blora yang didukung oleh pemerintah Kabupaten dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.
“Alhamdulillah, dapat mensukseskan acara ini, terimakasih kepada Bupati, Wakil Bupati dan seluruh jajarannya,” ucapnya.
Platform Indonesiana, menurut Triana Wulandari, sekarang ini, apabila kita lihat, di beberapa wilayah titik di Indonesia, baik kabupaten, kota maupun provinsi telah menggeliat.
“Bagaimana kita melihat, akan harta karun, yang dipunyai masing-masing kabupaten ataupun kota, yang harus di uri-uri (dilestarikan), yang harus dikelola, denga sebaik-baiknya dan dapat menjadikan satu aliran darah atau DNA, kata Pak Dirjen,” ujarnya.
Yang nantinya, apabila Dirjen Kebudayaan pusat sudah tidak lagi bersama tetap hidup dan terus berkelanjutan.
“Ini yang sebenarnya menjadi cita-cita besar dari platform Indonesiana, dan saya yakin bahwa Blora sudah dua kali melaksanakan Indonesiana,” katanya.
Pada tahun lalu, lanjutya, kita menyentuh Cerita dari Blora, dimana tahun lalu kita mengekspose tentang betapa besarnya, atau betapa hebatnya sastrawan yang lahir di Blora, menghasilkan karya-karya luar biasa yang bahkan mendunia.
“Blora dikenal, tidak hanya oleh masyarakat Indonesia maupun luar karena karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Dan selalu terus dicari. Ini bisa menjadi salah satu destinasi. Kabupaten Blora banyak potensi budayanya,” jelasnya.
Ada seni barongan, sedulur sikep samin, yang hari ini atau ini menjadi tema besar yang banyak nilai-nilai yang mungkin sangat konsisten untuk masa sekarang.
Salah satunya adalah nilai-nilai Sedulur Sikep Samin yang ada di Blora maupun di tempat lain. Bagaimana bersahabat dengan alam.
“Ketika bencana alam datang, kita mungkin perlu belajar dari Sedulur Sikep Samin, betapa mereka bersahabat, betapa mereka menjaga lingkungannya dengan luar biasa. Dan saya kira, kita pantas untuk berguru dengan nilai-nilai yang hidup dalam kearifan-kearifan lokal pada masyarakat Samin,” terangnya.
Yang berikutnya, Blora dikenal dengan hutan jati, minyak, berbagai megalitiknya, yang mungkin belum digali.
“Bahwa itu bisa sebagai pusat destinasi yang sangat luar biasa. Saya kira, nanti kalau kerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) semua situs-situs yang belum terinventaris, di dalam hutan ataupun sungai banyak sekali tinggalan megalitik yang belum di inventarisir,” ungkapnya.
Dirinya berharap agar kabupaten Blora menjadi kota budaya seperti yang dicita-citakan. Belum kulinernya, ada kopi santan kepala, ada garang asem, soto klethuk dan kesenian wayang krucil.
“Dan kemarin sejak 4 September 2019, Indonesiana sudah berlangsung, ada workshop tentang penulisan cerpen sejarah, yang tadi juaranya sudah diberikan apresiasi luar biasa. Selamat untuk adik-adik,” ungkapnya.
Karena, kata dia, di sini DNA bersastra sebetulnya, sehingga pantas kalau seluruh masyarakat di sini fasih bersastra.
“Dan pagi tadi mendapat informasi adanya workshop sosiodrama, luar biasa. Jangan kaget kalau lima tahun kedepan, kabupaten Blora bisa mengalahkan kabupaten lain, yang sudah maju kebudayaannya, ” terangnya.
Diharapkan, di bawah asuhan Bupati dan Wakil Bupati Blora, komunitas yang ada terus hidup.
“Karena di sinilah denyut nadi, nafas kebudayaan, apabila pemerintah daerah bergandeng tangan, bersinegi dengan komunitas dan rakyat yang memiliki kebudayaan,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut Direktur Sejarah menyerahkan Surat Keputusan (SK) Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada Pemkab Blora tentang Samin.
Sebelum seremonial pembukaan dimulai, aneka seni pertunjukan ditampilkan seperti wayang kulit yang dikolaborasikan dengan seni barongan dan pencak silat (konto) khas Blora.
Usai seremonial dihelat seni pertunjukan wong peniten dari ISI Surakarta berkolaborasi dengan seniman dan LKP Merpati serta seniman Blora.
Sebagai acara paling pungkas joget tayuban tampil mengundang perhatian komunitas budaya. Cerita dari Blora tahun 2019 mengambil tema merajut kearifan Sedulur Sikep. (red)


Trans Blora.Co, KRADENAN - Danramil 10/Kradenan Kodim 0721/Blora Kapten Inf Agus Supriyanto, S.I.P., menghadiri acara kirab gunungan hasil panen yang di laksanakan dengan berjalan kaki star dari SMP N 1 Mendenrejo dan finis di Sentono kurang lebih dengan jarak 1 km di Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, Rabu (18/9) kemarin.

Kegiatan tersebut di hadiri oleh Forkopimcam Kecamatan Kradenan, Kepala Dinas, Kepala Desa, Babinsa dan Bhabinkamtibmas Desa mendenrejo  dan masyarakat setempat yang di ikuti oleh sekitar 1.200 orang, kegiatan ini di laksanakan dengan berjalan kaki dan di ikuti oleh iring - iringan gunungan yang merupakan simbul bahwa mayarakat mendenrejo kaya akan hasil bumi yang di bawa merupakan hasil panen sendiri dan di ikuti oleh kesenian khas asli Blora yaitu Barongan dan gemblak yang membuat kemeriahan acara hari ini.

Selain itu, iring-iringan gunungan hasil panen masyarakat yang menuju Sentono ini juga ingin mengenalkan cagar budaya Guo Sentono yang merupakan peninggalan bersejarah yang sudah beratus-ratus tahun sudah ada yang kata nenek moyang dahulu, Guo sentono ini bisa tembus sampai Tuban (Jawa timur) merupakan tempat yang bikin orang penasaran sehingga banyak orang yang dari luar daerah ingin mengetahui untuk bisa melihat  dengan nyata keberadaan Guo Sentono tersebut.


Dan dari pemerintah setempat dan di bantu dari pemerintah dari Kabupaten dengan sedikit di perbaharui dan di perbaiki dengan penuh harapan suatu saat tempat ini menjadi tempat wisata yang bisa sebagai  titik kumpul masyarakat untuk bisa menikmati keindahan alam dan bisa menjadi aset pemerintah daerah.

Selain itu kegiatan hari ini di buka dengan kothek lesung dan di selingi dengan "pencak door" Kegiatan ini akan berkelanjutan sampai hari sabtu dengan banyak kegiatan di antaranya pemasangan 1000 oncor, 1000 sentir dan patung jerami kemudian di lanjutkan dengan tarian, kadroh, dan berbagai macam perlombaan, kemudian di lanjutkan puncak acaranya dengan di gelar wayangan, sanggar seni cahyo sumirat.

Dalam kesempatan ini Danramil 10/Kradenan Kapten Inf Agus Supriyanto, S.I.P., juga memerintahkan anggotannya untuk mengadakan pengamanan di setiap rute perjalanan yg rawan akan kemancetan agar kegiatan berjalan lancar, kemudian Danramil  menyampaikan "kegiatan ini sangat positip sekali di samping menjadi wahana sosial kemasyarakatan juga mencerminkan kerukunan yang luar biasa dan mengenalkan kepada masyarakat bahwa di Kecamatan Kradenan terdapat situs peninggalan nenek moyang jaman dahulu yang perlu kita jaga kelestariannya dan  semoga acara yang di mulai hari ini sampai selesai pada acara puncak nanti di berikan kesuksesan dan kelancaran,"pungkas Danramil.  (pw)

Fotografer mengabadikan Seekor monyet yang sedang makan Sisa Nasi pincuk Pecel || Foto Istimewa

Goa Terawang Pikat Puluhan Fotografer Nasional

Eksotisme Goa Terawang Todanan


Kondisi Dalam Goa Terawang saat diabadikan Fotografer nasional
BLORA, Transblora.co - Eksotisme atau keindahan alam Goa Terawang, Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Blora, ternyata berhasil memikat puluhan fotografer nasional untuk datang langsung guna hunting bersama, berkreasi, mencari “angle” terbaik.

Model berfose di bawah sinal matahari      || Foto Istimewa
 yang menembus goa terawang 
Seperti pada hari Sabtu (14/9/2019) kemarin, setidaknya ada sekitar 30 fotografer nasional dari berbagai kota besar datang langsung ke Goa Terawang untuk mengasah kemampuan dalam hal fotografi dengan menyasar keindahan sinar dalam goa.

Ada yang berprofesi sebagai juru foto profesional, dan ada juga yang berprofesi sebagai wartawan dari beberapa awak media. Mereka tergabung dalam komunitas Fuji Film Indonesia.

Setibanya di Goa Terawang sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan mengikuti pengarahan dari petugas pengelola wisata dari Perhutani KPH Blora, dilanjutkan doa bersama dan mulai masuk goa untuk mengeksplore keindahan pemandangan.

Yang paling dicari dan ditunggu-tunggu adalah turunnya sinar matahari memasuki goa melalui celah dinding atap di tengah kegelapan sehingga memunculkan siluet cahaya indah, layaknya sinar surga.

Mereka langsung asik berkreasi, mengarahkan model di bawah sorotan sinar matahari yang masuk ke goa untuk dijepret bersama-sama dari berbagai angle terbaik.

“Kita sengaja cari spot baru tentang goa. Ternyata setelah cari-cari referensi, nemu Goa Terawang yang dulu sempat hits di tahun 90’an. Oleh karena itu, sekarang kami bersama teman-teman ingin memviralkan kembali keindahan goa ini. Alhamdulillah semuanya suka dan enjoy sekali sampai lupa waktu,” ucap Ari Amphibia, ketua rombongan.

Sementara itu, Arya, salah satu fotografer dari Semarang menyatakan kekagumannya pada Goa Terawang. Menurutnya, goa ini memiliki keindahan yang lebih eksotis ketimbang Goa Jomblang yang ada di Gunungkidul.

“Saya pernah ke Goa Jomblang di Gunungkidul, akses turunnya sulit. Sedangkan di Goa Terawang ini bisa dengan jalan kaki dan lubang cahayanya lebih banyak sehingga lebih leluasa untuk memotret,” kata Arya.

Menurut Arya, masih banyak teman-teman fotografer yang ingin ikut kesini. Namun karena keterbatasan kuota peserta sehingga belum bisa ikut.

“Sudah banyak yang menghubungi saya, mungkin minggu depan kita akan kesini lagi untuk eksplore bareng-bareng,” lanjut Arya.

Begitu juga dengan Anton, dari Fuji Film Yogyakarta yang mengaku senang dengan keindahan Goa Terawang. Ia tertarik mengadakan project lanjutan di Goa Terawang bersama teman-teman komunitas lainnya.

Tidak hanya keindahan sinar matahari yang memasuki goa saja, keberadaan kera liar yang sudah jinak juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung Goa Terawang. Bahkan kemarin kera-kera ini menjadi objek foto bagi para fotografer.

Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si yang dalam kesempatan itu hadir bersama Adm Perhutani KPH Blora, menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan explore Goa Terawang yang diadakan oleh komunitas Fuji Film Indonesia.

“Terimakasih sudah datang dan explore Goa Terawang. Kami berharap karya foto yang dihasilkan bisa segera diunggah ke media sosial atau media pemberitaan lainnya sehingga keindahan Goa Terawang semakin dikenal luas, sehingga semakin banyak yang berkunjung ke Blora. Sesuai branding kita yang baru, yakni “Dolan Blora”, kata Wakil Bupati.

Pihaknya pun berharap kedepan komunitas fotografi nasional bisa bersama-sama mengexplore keindahan potensi alam Blora lainnya. 
EKSOTISME GOA TERAWANG PIKAT PULUHAN FOTOGRAFER NASIONAL

BLORA. 
Eksotisme atau keindahan alam Goa Terawang, Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Blora, ternyata berhasil memikat puluhan fotografer nasional untuk datang langsung guna hunting bersama, berkreasi, mencari “angle” terbaik.

Seperti pada hari Sabtu (14/9/2019) kemarin, setidaknya ada sekitar 30 fotografer nasional dari berbagai kota besar datang langsung ke Goa Terawang untuk mengasah kemampuan dalam hal fotografi dengan menyasar keindahan sinar dalam goa.

Ada yang berprofesi sebagai juru foto profesional, dan ada juga yang berprofesi sebagai wartawan dari beberapa awak media. Mereka tergabung dalam komunitas Fuji Film Indonesia.

Setibanya di Goa Terawang sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan mengikuti pengarahan dari petugas pengelola wisata dari Perhutani KPH Blora, dilanjutkan doa bersama dan mulai masuk goa untuk mengeksplore keindahan pemandangan.

Yang paling dicari dan ditunggu-tunggu adalah turunnya sinar matahari memasuki goa melalui celah dinding atap di tengah kegelapan sehingga memunculkan siluet cahaya indah, layaknya sinar surga.

Mereka langsung asik berkreasi, mengarahkan model di bawah sorotan sinar matahari yang masuk ke goa untuk dijepret bersama-sama dari berbagai angle terbaik.

“Kita sengaja cari spot baru tentang goa. Ternyata setelah cari-cari referensi, nemu Goa Terawang yang dulu sempat hits di tahun 90’an. Oleh karena itu, sekarang kami bersama teman-teman ingin memviralkan kembali keindahan goa ini. Alhamdulillah semuanya suka dan enjoy sekali sampai lupa waktu,” ucap Ari Amphibia, ketua rombongan.

Sementara itu, Arya, salah satu fotografer dari Semarang menyatakan kekagumannya pada Goa Terawang. Menurutnya, goa ini memiliki keindahan yang lebih eksotis ketimbang Goa Jomblang yang ada di Gunungkidul.

“Saya pernah ke Goa Jomblang di Gunungkidul, akses turunnya sulit. Sedangkan di Goa Terawang ini bisa dengan jalan kaki dan lubang cahayanya lebih banyak sehingga lebih leluasa untuk memotret,” kata Arya.

Menurut Arya, masih banyak teman-teman fotografer yang ingin ikut kesini. Namun karena keterbatasan kuota peserta sehingga belum bisa ikut.

“Sudah banyak yang menghubungi saya, mungkin minggu depan kita akan kesini lagi untuk eksplore bareng-bareng,” lanjut Arya.

Begitu juga dengan Anton, dari Fuji Film Yogyakarta yang mengaku senang dengan keindahan Goa Terawang. Ia tertarik mengadakan project lanjutan di Goa Terawang bersama teman-teman komunitas lainnya.

Tidak hanya keindahan sinar matahari yang memasuki goa saja, keberadaan kera liar yang sudah jinak juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung Goa Terawang. Bahkan kemarin kera-kera ini menjadi objek foto bagi para fotografer.

Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si yang dalam kesempatan itu hadir bersama Adm Perhutani KPH Blora, menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan explore Goa Terawang yang diadakan oleh komunitas Fuji Film Indonesia.

“Terimakasih sudah datang dan explore Goa Terawang. Kami berharap karya foto yang dihasilkan bisa segera diunggah ke media sosial atau media pemberitaan lainnya sehingga keindahan Goa Terawang semakin dikenal luas, sehingga semakin banyak yang berkunjung ke Blora. Sesuai branding kita yang baru, yakni “Dolan Blora”, kata Wakil Bupati.

Pihaknya pun berharap kedepan komunitas fotografi nasional bisa bersama-sama mengexplore keindahan potensi alam Blora lainnya. hum/moe

BLORA, transblora.co - Setelah melalui berbagai tahapan seleksi dan karantina, akhirnya proses Pemilihan Kakang Mbakyu Duta Wisata Kabupaten Blora 2019 memasuki babak Grand Final yang semalam dibuka oleh Wakil Bupati H. Arief Rohman M.Si di panggung terbuka Stadium Seni Budaya Taman Tirtonadi.

Turut hadir Ketua Dekranasda Kabupaten Blora, Dra. Hj. Umi Kulsum Djoko Nugroho, jajaran Forkopimda dan Sekda, masing-masing beserta istri, serta para Kepala OPD, dan Camat se Kabupaten Blora.

“Kami mewakili Bapak Bupati, mengapresiasi acara pemilihan Duta Wisata Tahun 2019 ini. Siapapun yang terpilih, kami berharap bisa ikut berkontribusi aktif mempromosikan seluruh daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Blora, termasuk produk-produk kerajinan unggulan daerah,” ucap Wakil Bupati.

Terlebih di era kemajuan teknologi yang berkembang pesat, pihaknya ingin agar kaum muda seperti Duta Wisata ini bisa menjadi pelopor penggunaan teknologi tepat guna dalam hal mempromosikan potensi daerah.

Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar), Slamet Pamudji, SH, M.Hum dalam laporannya menyampaikan bahwa proses pemilihan duta wisata ini telah dimulai sejak awal September yang diikuti oleh 80 peserta.

“Dari 80 peserta, tersaring menjadi 15 pasangan yang masuk dalam karantina guna mengikuti grand final. Karantina dilaksanakan sejak 12 September dengan diberikan berbagai pembekalan pengetahuan kepariwisataan, kemampuan berbahasa asing, budi pekerti, serta unjuk bakat dan lainnya,” terang Slamet Pamudji.

Dari serangkaian kegiatan karantina itu, penilaian dilakukan oleh para dewan juri baik dari Kabupaten Blora maupun juri dari Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan penilaian akhir dilakukan pada malam Grand Final (semalam) melalui sesi tanya jawab dan untuk bakat.

Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Kakang Duta Wisata Kabupaten Blora 2019
Juara 1 Muhammad Dafa Arya P, dari SMAN 1 Cepu
Juara 2 Aditya Wahyu P, dari SMAN 2 Blora
Juara 3 Putut Wahyu Hutomo, dari Universitas Semarang
Haparan 1 Airlangga Nanda S, dari SMAN 1 Cepu
Harapan 2 Adi Riko S, dari SMAN 1 Jepon
Harapan 3 Ilham Fajarudin, dari SMAN 2 Blora

Mbakyu Duta Wisata Kabupaten Blora 2019
Juara 1 Nabila Putri Sintya Dewi, dari SMAN 1 Blora
Juara 2 Aullia Wahyu Fajar Putri L, dari SMAN 1 Blora
Juara 3 Chandra Oktaviani, dari Universitas Negeri Semarang
Harapan 1 Safira Maura Aldira Ratasya, dari SMAN 1 Cepu
Harapan 2 Audri Fitria Widowati, dari SMAN 1 Jepon
Harapan 3 Elsandra Rahmawati, dari SMAN 2 Blora.
Kakang Mbakyu Intelegensia diraih Erin Lutfian Hermanto dari SMAN 1 Blora dan Diva Widya Rahma dari SMAN 1 Randublatung.

Kakang Mbakyu Penampilan Terbaik diraih Raihan Amara dari SMA 1 Muhammadiyah dan Jessica Almadeha dari SMAN 2 Cepu.

Kakang Mbakyu Favorit diraih Wahyu Satria Putra dari STIH Dharma Andigha Bogor dan Audri Fitria Widowati dari SMAN 1 Jepon.

Penyerahan piala pemenang dilakukan oleh Ketua Dekranasda Dra. Hj. Umi Kulsum Djoko Nugroho, bersama jajaran Forkopimda beserta istri.
“Selamat kepada para pemenang dan selamat bertugas menjadi Duta Wisata Kabupaten Blora 2019. Ayo kita promosikan potensi wisata yang ada di Kabupaten Blora,” kata Dra. Hj. Umi Kulsum Djoko Nugroho.

Adapun juara pertama Kakang Mbakyu Duta Wisata 2019 ini nantinya akan mewakili Kabupaten Blora dalam ajang pemilihan Mas Mbak Duta Wisata Provinsi Jawa Tengah 2019. hms/moe

MKRdezign

{facebook#https://web.facebook.com/transblora.co/} {twitter#https://twitter.com/transblora} {google-plus#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCSl1zrsSFPYXFQoaDpC7xZw/featured?disable_polymer=1} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget